Home
Info
Sejarah...
Geografi...
Struktur Sosial...
Pemimpin Rakyat...
Pariwisata...
Bisnis...
Forum
Chat
Daftar Kata-kata
Daftar Buku
Links
Baca Buku Tamu
Teken Buku Tamu

Mohon bantu
dengan
sumbangan

Home >> Struktur Sosial >> Poco-Poco Tebe-Tebe & Sajojo

Poco-Poco, Tebe-Tebe & Sajojo

Sumber: Minggu Pagi Online

Poco-poco
Poco-poco
Tiga tari pergaulan Indonesia naik papan : Poco-poco, Tebe-tebe dan Sajojo. Boleh disejajarkan tari pergaulan impor Salsa, Jive, dan Cha Cha Cha. Siapa memasyarakatkan tiga tari daerah itu? “Dibawa oleh anggota-anggota ABRI sekembali dari Indonesia Timur” kata Ibu Harimawan, guru ballroom.

Poco-poco, Tebe-tebe dan Sajojo, populer sejak 1990-an. Mulanya di kalangan militer yang pernah tugas di Timor, Maluku dan Irian. “Mereka belajar tari khas itu di waktu senggangnya. Lalu sepulang ke Jawa, jadilah Poco-poco dan sebagainya memasyarakat” papar Jery, pengajar tari pergaulan dan ballroom di AAU, Kodim dan Polda Yogya.

Ita Dedy, pengajar sekaligus pemilik sekolah dansa di Yogyakarta, mendengar versi lain. “Ada yang bilang, tarian itu milik ABRI. Tapi ada juga yang mengatakan milik orang-orang aerobik. Saya mengajar Poco-poco hanya berdasar permintaan. Sebab Poco-poco dan semacamnya, di sini hanya materi pelengkap. Sebagai selingan. Gerakan Poco-poco itu tidak rumit” kata Ita Dedy.

Lomba Poco-poco
Lomba Poco-poco
Pada perkembangannya, Poco-poco lebih dan makin populer. Banyak organisasi atau instansi yang secara intern mengadakan latihan rutin.

“Dan karena sering dilombakan, banyak pihak lalu merasa wajib mengadakan latihan rutin” tambah Jery.

Tebe-tebe —mungkin benar— lebih dulu populer. Tahun 1975, prajurit-prajurit kita mulai dikirim ke Timor Timur. Tahun 90-an tari pergaulan itu mulai dipopulerkan di Jawa.

Sajojo? Tari khas Irian ini populer tahun 97-98. Baru kemudian, Poco-poco ngetop setahun lalu.

Poco-poco itu asal Maluku. Khususnya Ambon.Sementara Tebe-tebe dari Timor. Sajojo dari Irian. Tentu, ketiga tarian itu punya kekhasan sendiri-sendiri sesuai dengan asal mereka. Sebenarnya, itu kan tarian rakyat?” kata Jery.

Ketiga-tiganya berkarakter riang. Ciri poco-poco, step-nya patah-patah dengan arah berganti-ganti. Hitungannya 1-2-3-4. Tebe-tebe hampir sama, dan awal gerakannya dari kaki kanan. “Tapi, masih patah-patah Poco-poco” jelas Jery.

Sajojo di Ancol
Sajojo di Ancol
Sajojo, khas gerakannya loncat-bongkok-loncat-bongkok, dan dimulai dari kaki kiri.

Musik iringan? Poco-poco dan Tebe-tebe pakai lagu asli dari daerah mereka. Sementara Sajojo, biasanya dengan irama Cha Cha Cha Ambon medly yang sudah banyak dijual di toko-toko kaset. “Kalau Poco-poco dan Tebe-tebe memang seharusnya pakai lagu asli daerahnya. Bisa pakai kaset atau diiringi secara live” papar Jery.

Selain dipopulerkan oleh kalangan militer, tiga tari pergaulan itu juga jadi materi pelengkap di sanggar-sanggar bugar. Disisipkan di tengah latihan aerobik, dengan gerakan yang bisa lebih dinamis. Karena musik pengiringnya lebih rampak.

Poco-poco di Monas
Poco-poco di Monas
Di kalangan militer, dalam latihan tari pergaulan mereka, menurut Jery harus baku. Karena sering diadakan lomba antar-angkatan. “Sepintas tampak begitu-begitu saja. Tapi segampang dan sesederhana apa pun, kalau dilakukan secara seragam, serempak, akan kelihatan bagus” kata Jerry.

Menurutnya, gerakan poco-poco dan tebe-tebe sudah dibakukan formatnya dan menjadi kegiatan resmi instansi. Ya militer, ya instansi nonmiliter. Dalam Poco-poco versi Jery, ada 20 materi yang dibagi dalam tiga format. “Satu sampai enam format baku, tujuh sampai 13 saya ambil dari versi Berthy Tilarso, 14-20 hasil kreasi saya sendiri”

Dalam lomba, format baku dari nomer satu hingga enam harus dilakukan. “Bagian itulah yang utama dinilai. Maka di kalangan militer, format baku ini harus serius disampaikan dan dipelajari” papar Jery.

Sumber: Minggu Pagi Online

Anda bisa mendengar Poco-Poco disini.
Anda bisa mendengar Sajojo disini.
(Tidak di server ini!)

 


© 2004 by Roderick. All rights reserved.write comments to: